RELAWAN BERTUTUR
@relawanbertutur RELAWAN ITU TAK PERNAH BERDUKA
Saya belum bisa menjadi relawan, karena kadang masih belum rela. Saya hanya menulis sedikit tentangnya. Bagi saya menjadi relawan mungkin yang terlintas pertama kali adalah tentang hari dimana kita sangat bersemangat mempersiapkan segala sesuatu untuk membantu orang lain. Entah itu saat menjadi relawan bencana, saat melakukan penggalangan dana, saat menyiapkan kejutan bagi orang yang akan kita bantu atau juga mungkin saat kita sedang "ngglenik" bersama semalaman memikirkan cara terbaik untuk menolong dan membantu orang lain
.
Menyenangkan sekali rasanya menyiapkan kebaikan untuk orang lain, dan inginnya selalu yang terbaik dan terbaik saja, ga mau kita yang biasa bagaimanapun itu caranya. yang lebih mengesankan lagi adalah saat orang yang akan kita bantu itu mereka tidak mengetahui sebelumnya, ibarat sebuah kejutan, sekecil apapun itu kebaikan yang kita bagi meski hanya satu liter minyak goreng, betapa itu sangat membahagiakan orang lain. Dan saat melihat ekspresi kebahagiaan orang yang kita bantu tersebut, itulah surga bagi para relawan. Dan itu sudah lebih dari cukup.Ada banyak orang membungkus bingkisan-bingkisan kecil sampai larut malam, tak ada rasa lelah terlihat karena ia punya harapan bahwa esok pagi ia akan mendapatkan senyum kebahagiaan itu.
Relawan itu selalu memikirkan kebaikan untuk orang yang tidak memikirkannya seperti Bapak Ibu guru yang semalaman memikirkan bagaimana agar muridnya tidak tinggal kelas, sementara ditempat bermain, murid murud tertawa-tawa dan tidak tahu ada orang-orang yang rela meluangkan waktu dan mengabaikan keluarganya untuk memikirkan mereka. Seperti di banyak masjid ada banyak tangan-tangan terangkat mengawangkan doa ke langit mendoakan orang lain dan yang didoakan tidak pernah tahu. Di warung-warung kopi beberapa anak muda dengan berbagai keahlian, mereka berdiskusi mencari cara terbaik untuk memikirkan anak muda yang lain dari krisis moralitas, namun yang dipikirkan tidak pernah tahu bahwa ia sedang diupayakan kebaikannya. Dan semua itu dilakukan dengan ikhlas, dan ikhlas itulah benih dari kebahagiaan.
Begitulah yang terlintas dibenak saya saat menulis tentang relawan, ia ga ada dukanya karena ia pemberi kebaikan. Kadang saya merasa iri dengan mereka. Bahkan saat Relawan sedang mendistribusikan kebaikan ada banyak pelajaran yang memperkaya hati. Seperti kemarin saat berkeliling mencari penerima sembako, itupun ternyata tidak mudah, tidak segera menemukan target yang kita cari, disitulah kita berfikir bahwa kadang memberi itu belum tentu ada penerimanya. Demikianpun juga berderma belum tentu ada ladangnya. Pelajarannya adalah jangan sia siakan saat ada ajakan berderma, saat ada ajakan donasi dan lainnya. Kadang ketemu dengan penerimanya tapi ia malah kabur. Saya merasa kecewa tapi kawan saya mengingatkan "kita hanya ikhtiar membagi kebaikan dan siapapun yang menerima, Allah yang menjalankannya, so ga usah kecewa he he". Sebuah glenak glenik yang mencerahkan dan itu tidak mudah kita temukan diruang-ruang ego yang sibuk dan digedung pundi-pundi uang. Relawan selalu kaya hatinya dan tidak pernah berduka. Saat ia berduka berarti dia bukan relawan. (Ndorosyam)
Via
RELAWAN BERTUTUR
Posting Komentar