Hantu mata uang Dunia, Cryptocurrency
Tahun 2009, cryptocurrency yang pertama –Bitcoin-, resmi meluncur dan sejak itu terus menggelinding menjadi snowball effect yang memberi ancaman serius bagi eksistensi keuangan konvensional. Setali tiga uang dengan Bank Sentral Dunia yang gelisah, pemerintahan pun seperti tak berdaya dan terseret masuk dalam pusaran evolusi sistem keuangan dunia. Pandemi Covid 19, menjadi katalisator memaksa masuknya semua sektor industri keuangan dan perbankan ke dalam era digitalisasi. Bayangkan sebuah konsep dunia tanpa mata uang fisik. Hal ini aneh, tapi nyata. Uang akan dihilangkan dan diganti dengan sistem mata uang digital.
Selamat datang di The New Age Of Economic Totalitarianism. Terpuruk setelah dihantam krisis moneter, Bank Sentral Eropa mencoba untuk menyusun sebuah kebijakan yang katanya akan diimplementasikan untuk mencegah industri perbankan terjun bebas ke dalam jurang kehancuran. Satu-satunya cara adalah mencegah masyarakat untuk melakukan penarikan uang tunai, dalam situasi dan keadaan apapun.
18 Mei 2015 di Mandarin Oriental Hyde Park Knightsbridge, London, Inggris, perwakilan Bank of England, Federal Reserve, Bank Sentral Swiss dan Bank Sentral Denmark, menggelar sebuah pertemuan rahasia. Disebut rahasia, karena memang demikian sifatnya. Tidak ada liputan satupun media terkait pertemuan tersebut. Adapun agenda tunggal yang diusung adalah bagaimana mempercepat implementasi penghapusan uang tunai, untuk kemudian digantikan dengan mata uang digital.
Cryptocurrency mendapat angin untuk melaju lebih kencang dan kian sulit untuk dibendung. Babak belurnya sistem keuangan konvensional seperti pasar uang dan notabene sektor perbankan, kian membuat pasar mata uang kripto makin diminati oleh publik. Itu juga yang mendorong lahirnya beberapa produk mata uang digital anyar yang saat ini wara wiri di pasar keuangan dunia di antaranya adalah Litecoin, Ethereum, Monero, Ripple.
Dikutip dari Goldman Sach, sebuah survei oleh majalah The Tokenist memberikan data mencengangkan tentang bagaimana dunia bereaksi terhadap mata uang kripto. Dalam survei yang dilakukan tahun 2020 di sejumlah 17 negara, 60% responden yakin bahwa Bitcoin merupakan inovasi positif dalam sistem teknologi finansial baru. Persentase ini naik 27% dari survei serupa yang dilakukan tahun 2017. Di samping itu, ditemukan bahwa 47% responden ternyata lebih percaya menggunakan Bitcoin ketimbang bank-bank ternama di seluruh dunia. Sementara kejutan lainnya adalah 78% generasi millennial, kini menaruh harapannya kepada mata uang digital ketimbang mata uang konvensional yang kita gunakan saat ini. Dari segi investasi, hasil survei menunjukkan bahwa 44% generasi milenial sudah memiliki rencana untuk membeli beragam mata uang kripto sebagai wadah investasi dalam lima tahun ke depan, serta 45% lebih merasa aman berinvestasi di mata uang kripto daripada membeli saham, emas dan properti.
Gambaran ini membuktikan bahwa pendulum keuangan dunia sedang bergeser ke arah digitalisasi. Jika uang fisik tidak lagi digunakan maka persoalan Bank Sentral di seluruh dunia tentang suku bunga negatif, akan otomatis terpecahkan. Sementara itu, penghapusan uang fisik dibuat untuk menghindari berbagai kejahatan, terkait dengan penggelapan pajak dan transaksi-transaksi keuangan ilegal lainnya. Di samping itu, tidak akan terjadi lagi penarikan dana tunai besar-besaran ketika suku bunga mendekati nol.
Seorang ekonom Bank of England, Jim Leaviss, juga menulis sebuah artikel yang diterbitkan oleh surat kabar London, Telegraph. Dalam tulisannya, Leaviss mengatakan, masyarakat tanpa uang hanya bisa direalisasikan jika bank-bank pemerintah di seluruh dunia memaksa masyarakat untuk masuk ke dalam sistem ini, dengan kewenangan yang mereka miliki.
Memang Bank Sentral dan pemerintahan saat ini seperti berdiri berseberangan dengan sistem cryptocurrency. Tapi ini hanyalah masalah waktu dan mungkin “pride” yang terusik oleh mereka yang terlebih dahulu menemukan Bitcoin, Litecoin, Ethereum, Monero, Ripple, serta jenis mata uang kripto lainnya.
SUMBER : www.ithb.ac.id
Posting Komentar